Ahlak adalah suatu hal yang terpenting yang sudah seharusnya di miliki manusia terutama mereka yang menyatakan diri mereka seorang muslim, tentu seorang muslim harus mengetahui ahlak mereka kepada manusia dan ahlak mereka kepada Allah.
Ahlak terdapat 2 keriteria yang harus di miliki muslim, yaitu Ahlak hablum minan naas Dan hablum mina Allah. Bagaimana kita berhubungan dengan manusia dan bagaimana kita berhubungan dengan bangsa-bangsa lain selain manusia yang hidup bersama kita di dunia misalnya jin, hewan, tumbuhan, batu, malaikat, sedangkan ahlak yang berkaitan dengan Allah mencakup prihal ibadah dan penyembahan kepada Allah.
Kita akan membahas beberapa mukoddimah penting tentang ahlak mulai dari Bagaimana kedudukan ahlak dalam Islam kemudian pembahasan tentang klasifikasi ahlak di dalam Islam dan litertur ahlak di dalam Islam. Ini tiga mukoddimah yang akan kita bahas setelah itu baru kemudian kita akan membahas ahlak dan adab di dalam Islam secara rinci dengan izin Allah Azza wa Jalla.
KEDUDUKAN AKHLAK DI DALAM AGAMA ISLAM
Kalau kita bicara tentang akhlak jangan bicara tentang muslimin, bicaralah tentang Islam. Karena kalau muslimin banyak yang tidak mempraktekkan akhlak yang diajarkan oleh Islam. Jadi kalau bicara akhlak jangan bicara kaum muslimin dulu, tapi bicara Isam, bagaimana Islam memandang akhlak. Apa kedudukan akhlak dalam Islam. Kedudukan ahlak dalam islam Ini terbagi beberapa point yang untuk menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan akhlak.
1. Bahwa akhlak adalah tujuan pertama diutusnya nabi kita Muhammad SAW
Hadist yang sering kita dengar yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad :
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sempurna yaitu akhlak yang mulia”. (HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273)
Kalau kita baca hadist ini dengan teliti Nabi Muhammad SAW menggunakan kata إِنَّمَا, yang di dalam bahasa Arab yang artinya “hanya”. Nabi Muhammad Salallahu a’laihi wa salam diutus hanya menyempurnakan akhlak yang mulia. Perhatikan baik-baik kata “menyempurnakan akhlak mulia”. Berarti sebelum datangnya Islam sudah ada akhlak tetapi belum sempurna. Berkata ‘Antarah bin Syaddad seorang penyair di zaman jahiliyah:
وَأَغُضُّ طَرْفِي مَا بَادَتْ لِي جَارَتِي
حَتَّى يُوَارِيَ جَارَتِي مَأْوَاهَا
“Dan akupun terus menundukkan pandanganku tatkala tampak istri tetanggaku sampai masuklah dia ke rumahnya”
( Syair ini disebutkan oleh Syaikh Muhammad Amin As-Syinqithi dalam tafsirnya surat An-Nuur ayat 31)
Ini termasuk ghodul bashar (menjaga pandangan). Orang musyrikin di zaman jahiliyah saja sudah tahu godhul bashar adalah akhlak yang mulia. Islam datang menyempurnakan akhlak ini, lebih sempurna lagi di dalam agam kita. Bukan dengan istri tetangga saja, di jalan-jalan pun Islam mengajarkan untuk menundukkan pandangan.
Makanya di dalam Al Qur’an Alloh SWT berfirman,
قلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا يَصْنَعُوْنَ وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ
“Katakanlah kepada para lelaki yang beriman, “Hendaknya mereka menahan sebagian pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”, dan katakanlah kepada para wanita yang beriman, “Hendaknya mereka menahan sebagian pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka…..”.(Q.S An Nuur: 30-31)
Menundukkan pandangan itu bukan memejamkan mata. Akan tetapi melihat yang perlu dilihat saja.
2. Akhlak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Iman dan Aqidah
Dalilnya adalah sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya”.
Lihat, Nabi Muhammad SAW mengaitkan aqidah dengan akhlak. Jadi kalau pengen tahu seseorang aqidahnya kuat lihat akhlaknya. Semakin aqidah seorang kuat maka seharusnya akhlaknya semakin baik. Dan kalau kita melihat ada orang akhlaknya jelek bisa jadi itu imbas dari aqidahnya yang belum kuat. Nabi Muhammad Salallahu A’laihi Wa Sallam mengajarkan kita untuk tidak meremehkan kebaikan sekecil apapun walaupun hanya menampakkan wajah berseri. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:
(( عن أبي ذرّ رضي الله عنه قال : قالَ لي النبي صلى الله عليه و سلم : لاَ تَحْقِرَنَّ منَ المعْرُوفِ شَيْئاً ولوْ أنْ تَلْقَ أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ)).
Dari Abi Dzar R.A, berkata : “ Rosululloh Salallahu A’laihi Wa Sallam bersabda : “Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apapun, sekalipun engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri” (HR. Shohih Muslim: 6637).
3. Bahwa akhlak berkaitan dengan hampir seluruh ibadah
Makanya kalau kita perhatikan, dalil-dalil dalam Al Qur’an atau hadist Nabi Muhammad Salallahu A’laihi Wa Sallam, ketika berbicara tentang ibadah, entah itu sholat, puasa atau zakat selalu hampir sering dikaitkan dengan akhlak. Bagaimana ibadah itu menghasilkan akhlak yang mulia.
[1]. Dalam Sholat
Ayat yang sering kita hafal:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al Quran dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah yaitu shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al Ankabut ayat : 45).
Imam Al Hasan Al Basri mengatakan, “Barang siapa yang sholat, kemudian sholatnya tidak mencegah perbuatan yang mungkar, sungguh sholatnya itu akan membuat dia semakin jauh dari Alloh Azza Wa Jalla”. Solusinya mari kita perbaiki sholat kita. Supaya sholat kita ada efek di dalam kehidupan kita.
[2]. Dalam Zakat
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS At-Taubah Ayat 103)
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta bendaMaksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka. Makanya banyak orang yang zakat hartanya akan semakin diberkahi oleh Alloh Azza Wa Jalla.
[3]. Dalam Puasa
Nabi Muhammad SAW mengaitkan puasa dengan akhlak.Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatannya saat dia berpuasa, maka Alloh swt tidak butuh dengan puasanya”.