Khalid bin Walid (Part 2)

Penaklukan Iraq dan Syam

Sebelum pecahnya Perang Yarmuk pada tahun 13 H, tokoh yang menjadi sorotan dalam banyak peperangan kaum muslimin adalah Khalid bin walid. Khalifah Abu bakr mengutus dua pasukan besar untuk misi penaklukan (Futuhat Islamiyah) menuju Iraq dan Syam setelah berhasil menyelesaikan urusan dengan kabilah-kabilah Arab yang murtad setelah Rasulullah ﷺ meninggal dunia.

Khalifah Abu Bakr mengirimkan pasukan menuju Persia atau wilayah Iraq pada zaman kita sekarang yang terbagi menjadi dua pasukan. Bagian pertama dipimpin oleh Khalid bin Walid yang berjalan dari arah barat daya wilayah Iraq, sedangkan bagian kedua dipimpin oleh ‘Iyadh bin Ghunim yang mendapat amanah untuk menyerang dari wilayah timur laut. Sang Khalifah mewasiatkan kepada dua pasukan besar ini untuk bertemu di sebuah tempat bernama Hira. Bagi siapa yang sampai ke wilayah Hira terlebih dahulu maka dia lah yang menjadi panglima atas semua pasukan.

Khalid bin Walid mendapat perintah untuk menyerang Persia ketika beliau dan pasukannya berada di daerah Yamamah, lalu melanjutkan menuju Persia tanpa pulang ke Madinah terlebih dahulu. Begitu pula ‘Iyadh bin Ghunim ketika mendapat perintah dari Khalifah Abu Bakr, ia dan pasukannya sedang berada di daerah Nabbaj, sebuah kampung kecil diantara jalan menuju Mekkah dan Bashrah. Khalifah Abu Bakr memberikan pesan agar mereka berdua melanjutkan menuju Persia, dan mengizinkan bagi siapa saja yang ingin kembali ke kota Madinah tanpa ikut berperang. Karena khalifah tidak ingin ada paksaan dalam jihad fi sabilillah.

Perjalanan yang panjang menuju Persia ditempuh oleh Khalid bin Walid bersama pasukannya yang berjumlah sampai 18.000 orang. Kota demi kota dapat ditaklukkan oleh pasukan Khalid, sehingga semakin memudahkan jalannya menuju Persia. Diantara peperangan yang dilalui khalid bin walid dalam perjalanan menuju Persia adalah

  1. Perang Dzat salasil
  2. Perang al Madzar
  3. Perang al Waljah
  4. Perang Alis atau Fath Amghisyia
  5. Perang Fath al Hira
  6. Perang Dzat Uyun atau Fath al Anbar
  7. Perang Ain tamr
  8. Perang Daumatul Jandal
  9. Perang al Hashid
  10. Perang al Mushoyyakh
  11. Perang al Faradh

Pasukan Khalid tiba lebih awal di daerah al-Hira sehingga ia menjadi panglima atas pasukan besar yang sedang bergerak menuju Persia, gabungan dari pasukan Khalid bin Walid dan ‘Iyadh bin Ghunim. Setelah memenangkan peperangan al Faradh, Khalid dan pasukannya bermalam disana selama 10 hari lalu kembali ke kota al Hira sesuai pesan Khalifah Abu Bakr.

Pada tahun yang sama, Khalifah Abu bakr mengirim pasukan untuk misi penaklukan wilayah Syam yang berada dibawah kendali Raja Heraklius dari Romawi. Pasukan yang dikirim dari Madinah dibagi menjadi empat komando utama yang masing-masing dipimpin oleh panglima dari kalangan sahabat Rasulullah ﷺ, yaitu

  • Bagian pertama dipimpin oleh Yazid bin Abi Sufyan bergerak menuju Damaskus
  • Bagian kedua dipimpin oleh Syurahbil bin Hasanah bergerak menuju Yordania
  • Bagian ketiga dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah bergerak menuju Homs
  • Bagian keempat dipimpin oleh Amru bin Ash bergerak menuju Palestina

Seluruh pasukan yang diberangkatkan menuju Syam mengalami banyak kegagalan ketika berhadapan dengan pasukan Romawi, sehingga Khalifah Abu Bakr memutuskan untuk memerintahkan Khalid bin Walid beserta pasukannya berpindah dari Iraq menuju Syam agar membantu pasukan disana.

Kondisi Khalid bin Walid ketika itu belum menembus pertahanan Persia, hanya mencukupkan dengan penaklukan kota-kota di sebagian wilayah Iraq sampai datang perintah dari Khalifah agar ia dan pasukannya berpindah menuju Syam. Khalid bin Walid berangkat menuju Syam dengan membawa tambahan pasukan yang berasal dari penduduk Iraq.

Khalid bin Walid sampai di wilayah Syam, tanpa menunggu waktu hingga pecahnya perang Yarmuk dengan jumlah kekuatan kaum muslimin sebanyak 40.000 pasukan melawan pasukan Romawi berjumlah 250.000 pasukan. Meskipun jumlah banding yang sangat tidak seimbang tetapi 40.000 pasukan muslimin siap mati menjemput syahadah berbanding ratusan ribu pasukan romawi yang sangat cinta dunia dan takut kematian.

Ketika Peperangan dimulai, datang kabar duka dari kota Madinah yaitu wafatnya Khalifah umat Islam Abu Bakr. Umar bin Khattab yang menjadi penggantinya segera memerintahkan perubahan struktur pasukan dengan mengganti Khalid bin Walid menjadi Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai panglima pasukan. Namun Abu Ubaidah tidak ingin pasukan menjadi kocar-kacir dan tanpa arahan yang jelas, sehingga tetap memberikan kepercayaan jabatan panglima kepada Khalid sampai peperangan selesai. Dengan ini Khalid bin Walid bisa menjalankan segala strategi yang sudah disusun secara matang dengan kemampuan berpikirnya yang cerdas.

Khalid dikenal dengan kecerdasan yang luar biasa, sehingga menimbulkan banyak sekali kejutan bagi musuh-musuh Islam tak terkecuali pasukan Romawi. Diantara Strategi khalid dalam pertempuran melawan Romawi di Syam, diantaranya

  • Berjalan menuju Syam melewati perkampungan utara sehingga mengejutkan pasukan Romawi yang mengira bahwa Khalid dan pasukannya datang dari arah Selatan
  • Membagi pasukan menjadi 40 karadhis atau sejenis kompi dalam satuan militer. Suatu hal baru bagi sejarah peperangan era itu
  • Menjadikan sebagian pasukan beristirahat, sedangkan yang lain bertugas menyerang. Lalu bergantian setiap waktu yang ditentukan
  • Menempatkan Abu Ubaidah sebagai panglima baru yang dipilih oleh Khalifah Umar di posisi belakang dengan maksud tertentu
  • Memberikan semangat jihad dengan lantunan Surat al Anfal, dan membagi para sahabat yang hafal Alquran untuk menjadi pendamping setiap kelompok

Ketika Khalid bin Walid menempatkan Abu Ubaidah bin Jarrah di posisi belakang pasukan, tujuannya adalah agar para sahabat canggung dan malu jika ada niatan untuk lari ke belakang medan pertempuran. Karena Abu Ubaidah adalah sahabat senior Rasulullah ﷺ yang sangat di hormati pasukan dan merupakan panglima pasukan yang baru ditunjuk oleh Khalifah Umar. Sedangkan pasukan Romawi ketika merasa ketakukan bahwa pasukannya akan kabur dari peperangan, mereka mengikat setiap 10 orang pasukan dengan rantai agar tidak kabur dari pertempuran. Sebuah isyarat dan nasehat bagi kita yang terbiasa terikat bahkan mengikat dengan sesuatu yang sifatnya fisik, tanpa melatih hati untuk menghormati peraturan dan menjalankan dengan sepenuhnya. Sedangkan kaum muslimin harus memiliki hati yang selalu merasa dilihat dan di perhatikan oleh Sang Pencipta.

Peperangan berkecamuk selama 6 hari lamanya, dengan strategi yang apik dan kecerdasan Khalid serta anugerah dari Allah ta’ala pasukan muslimin berhasil menaklukkan sebagian wilayah Syam dan menyudutkan Raja Heraklius yang terpaksa harus mundur ke Antokhia. Jumlah pasukan muslimin yang gugur dalam pertempuran di medan Yarmuk berjumlah 3000 orang termasuk didalamnya adalah sahabat yang mulia Ikrimah bin Abu Jahal. Sedangkan jumlah korban di pasukan romawi mencapai puluhan ribu orang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top