Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَقُومُوا۟ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ
“Dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan berdiri khusyu’.” (QS. Al-Baqarah : 238)
Sedangkan dalam safar, beliau shalat sunnah diatas tunggangan beliau Shalallahu’alaihi Wasallam.
Beliau juga mensyariatkan bagi umat beliau shalat ketika dalam kondisi takut yang mencekam (shalat khauf), dengan berjalan kaki atau berkendaraan sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Ini berdasarkan firman Allah Subahanahu wa Ta’ala,
حَافِضُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا للهِ قَانِتِينَ {238} فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالاً أَوْ رُكْبَانًا فَإِذَآ أَمِنتُمْ فَاذْكُرُوا اللهَ كَمَا عَلَّمَكُم مَّالَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ {239}
“Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (Al-Baqarah: 238-239) ¹.
Dan beliau shalallahu’alaihi Wasallam shalat saat sakit yang menyebabkan wafatnya, sambil duduk.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Beliau juga melakukan hal serupa pada kesempatan lainnya sebelum itu ketika beliau Shalallahu’alaihi Wasallam mengeluh sakit, sementara orang-orang shalat dibelakang beliau sambil berdiri, lantas beliau mengisyaratkan kepada mereka agar duduk, maka merekapun duduk. Setelah shalat, beliau Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda,
“Tadi kalian hampir saja melakukan perbuatan ala orang-orang persia dan romawi. Mereka berdiri untuk menghormati raja-raja mereka sedangkan para raja itu tetap duduk. janganlah kalian lakukan itu, sesungguhnya ditunjuknya seorang imam hanyalah untuk diikuti, jika ia rukuk, maka rukuklah, jika ia mengangkat (kepala, baik dari rukuk maupun dari sujud), maka angkatlah, dan jika ia shalat sambil duduk, maka shalatlah kalian [semua] sambil duduk pula. (HR. Bukhari dan Muslim)
Orang Sakit Shalat Sambil Duduk
Imran bin Hushain Radhiallahuanhu berkata, “Aku menderita penyakit bawasir ², kemudian aku bertanya kepada Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam maka beliau menjawab, ‘Shalatlah dengan berdiri, jika kamu tidak mampu, maka sambil duduk, jika tidak mampu maka dengan berbaring diatas lambung’. (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, dan Ahmad)
ia juga berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam tentang shalat seseorang sambil duduk, maka beliau Shalallahu’alaihi Wasallam menjawab, ‘siapa yang shalat dengan berdiri, maka itu lebih baik. Dan siapa yang shalat sambil duduk, maka ia memperoleh separuh pahala orang yang shalat dengan berdiri. Dan Siapa yang shalat sambil tidur [dalam riwayat lain, sambil berbaring], maka ia memperoleh separuh pahala shalat orang yang shalat sambil duduk.” (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, dan Ahmad)
maksudnya disini adalah orang yang sakit, karena Anas radhiallahuanhu pernah berkata, “Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam pernah keluar menemui sejumlah orang yang sedang shalat sambil duduk karena sakit, maka beliau bersabda, ‘Sesungguhnya (pahala) shalat orang yang duduk senilai separuh pahala shalat orang yang berdiri’.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih).
Rasulullah Shalalahu’alaihi Wasallam pernah menjenguk seorang yang sakit dan melihatnya shalat diatas bantal, maka beliau mengambil bantal tersebut dan membuangnya, lantas orang itu mengambil ‘Ud (kayu) untuk shalat diatasnya, lalu beliau mengambilnya dan juga membuangnya. Dan beliau bersabda,
“Shalatlah diatas tanah jika kamu mampu. Jika tidak, maka berilah isyarat dan jadikanlah gerakan sujudmu lebih rendah daripada gerakan rukukmu.” (HR. Thabrani)
_____
¹ Shalat Wustha yang dimaksud adalah Shalat ‘Ashar. Menurut pendapat yang shahih dikalangan jumhur ulama, diantaranya pendapat Imam Abu Hanifah dan kedua muridnya. Mengenainya terdapat banyak sekali hadits yang disebutkan oleh Ibnu katsir dalam tafsirnya.
² Penyakit bawasir sebagaimana disebutkan dalam Fath al-bari bermakna semacam penyakit bisul yang sudah lama (membusuk), tidak mungkin sembuh selama bagian yang membusuk itu masih ada.
Referensi :
Sifat Shalat Nabi Shalallahu’alaihi wasallam, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Darul Haq.