Oleh : Mar’atus Sholihah
( Kader Sahabat Yamima – Mahasiswi Al-Azhar, Kairo )
Diriwayatkan dari Anas ibn Malik, dari Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Aku memasuki surga lalu mendengar suara langkah kaki di depanku. Ternyata ia adalah Ummu Sulaim binti Malhan.” Nama lengkapnya adalah Ummu Sulaim binti Malhan ibn Khalid ibn Zaid ibn Haram ibn Najjar al Anshariyyah al-Khazrajiyyah. Ada yang menyebutnya Rumaisha’ atau Ghumaisha’. Namun ulama besar Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan bahwa yang benar adalah Ghumaisha’. Wanita yang memiliki kecantikan dan kelurusan pandangan serta kecerdasan dan akhlak yang mulia. Ummu Sulaim binti Malhan merupakan seorang sahabat perempuan nan agung pada masa Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam. Seorang juru dakwah yang pandai nan berakhlak mulia. Ummu Sulaim telah menjadi bahan perbincangan di Makkah dengan segala sifat terpujinya. Segala sifat terpuji yang dimiliki oleh Ummu Sulaim telah membuat para lelaki berlomba untuk melamar dan mendapatkan kehormatan nasabnya.
Suatu hari Ummu Sulaim dipinang oleh saudara sepupunya, Malik ibn Nadhr, dan pernikahan pun segera berlangsung. Dari pernikahan ini, Ummu Sulaim dikaruniakan seorang putra yang bernama Anas ibn Malik. Semua ini berlangsung pada masa jahiliyah sebelum munculnya Islam dan dakwah Nabi. Begitu cahaya Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wassalam hadir untuk memberi hidayah menuju Islam, Ummu Sulaim tergerak hatinya dan bergegas mengikuti ajaran Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam dan meng-Esa-kan Allah SWT. Sehingga Ummu Sulaim termasuk salah satu wanita yang lebih dulu masuk Islam. Ia tidak peduli terhadap segala gangguan kaum musyrik dan kaum kafir yang menimpa dirinya. Ia bahkan ikut dikucilkan dan disiksa oleh suaminya sendiri yang merupakan orang kafir. Ketika mengetahui istrinya masuk Islam dan menjadi pengikut dakwah Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wassalam, Malik, sang suami, marah dan murka. Malik mengancam sang istri dan berkata : “Apakah engkau cenderung kepadanya (Muhammad)?”. Dengan penuh keteguhan dan keyakinan, Ummu Sulaim menjawab : “Aku bukan sekedar simpati, melainkan aku telah beriman kepadanya.” Dalam kesehariannya, Ummu Sulaim mengajari anaknya yang masih kecil, Anas bin Malik untuk mengucapkan syahadat. Akan tetapi sang suami melarang dan berkata : “Jangan engkau rusak anakku!”. Ummu Sulaim menjawab : “Aku tidaklah merusaknya. Justru aku mengajar dan mendidiknya.”
Ketika sang suami tidak mampu lagi menemukan cara untuk mengeluarkan istrinya dari agama baru ini (Islam), ia mengatakan kepada Ummu Sulaim, bahwa ia akan pergi dari rumah dan pergi ke Syam tanpa pernah pulang kembali, meninggalkan sang istri bersama anaknya. Hal itu benar benar terjadi. Mereka berpisah tanpa pernah bertemu kembali. Malik pergi dari rumah dan mengembara tanpa tahu kemana jalan yang ia tempuh hingga bertemu dengan seorang musuh dan tewas dibunuh. Ketika Ummu Sulaim mengetahui suaminya dibunuh, ia sangat bersedih.
Setelah kematian sang suami, Ummu Sulaim-pun menjanda. Ummu Sulaim berusaha keras mendidik anak semata wayangnya berdasarkan ajaran Islam hingga sang anak tumbuh menjadi remaja yang bisa diandalkan. Dengan malu-malu, Ummu Sulaim membawa sang anak dan mengajaknya untuk menghadap kepada Rasulullah. Ummu Sulaim menawarkan putranya kepada Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam agar buah hati dan anak semata wayangnya itu diterima untuk menjadi pelayan beliau sekaligus untuk mendapat pancaran dari ajaran-ajaran sunah Nabi yang mulia. Selang tidak berapa lama, rupanya hati Abu Thalhah bergetar tatkala mendengar kisah tentang Ummu Sulaim dan anaknya, Anas ibn Malik. Ia pun hendak melamar dan menikahi Ummu Sulaim. Abu Thalhah adalah seorang kafir yang kaya raya. Ia pun menawarkan mahar yang sangat mahal demi bisa menikahi Ummu Sulaim, tetapi kejutan yang begitu besar membuat lidahnya tidak bisa berbicara saat sang mukminah nan shalihah itu menolak lamarannya. Ia sadar bahwa Islam yang ada dalam hatinya itu lebih berharga dibandingkan dengan segala nikmat dunia yang fana. Ia pun mampu mengambil mahar dari Abu Thalhah dengan penuh sopan dan hormat saat ia berkata kepada Abu Thalhah: “Wahai Abu Thalhah, orang sepertimu tidaklah layak ditolak. Akan tetapi, engkau adalah laki-laki kafir, sedangkan aku adalah wanita mukminah. Tidaklah patut jika aku menikah denganmu.”
Maka Abu Thalhah menyahut : “Apakah yang engkau inginkan?”
Dengan penuh kesopanan dan keyakinan, Ummu Sulaim menjawab : “Apa yang aku inginkan?”
Abu Thalhah berusaha merayu dengan kenikmatan dunia: “Emas atau perakkah?”.
Ummu Sulaim menjawab, “Sungguh aku tidak menginginkan emas maupun perak. Namun, aku ingin engkau memeluk Islam.”
Abu Thalhahpun bergegas menemui Rasulullah yang saat itu beliau sedang duduk di antara para sahabat. Begitu melihat Abu Thalhah, beliau memberitahu para sahabat, “Abu Thalhah mendatangi kalian dengan cahaya Islam di kedua matanya.” Abu Thalhah telah tiba di hadapan Rasulullah. Ia pun menceritakan tentang apa yang diminta oleh Ummu Sulaim binti Malhan. Abu Thalhah menyatakan keislamanannya di depan umum, lalu menikahi Ummu Sulaim dengan mahar yang tak ternilai dengan harta benda, yaitu islam. Diriwayatkan dari Anas ibn Malik, ia berkata, “Aku tidak pernah mendengar seorang wanita pun yang mendapat mahar lebih berharga dibandingkan Ummu Sulaim. Maharnya adalah Islam.” Ummu Sulaim menjadi contoh bagi para muslimah akan keistiqomahannya dalam memeluk agama Islam. Ia juga contoh bagi istri shalihah dengan sebaik-baiknya memegang hak-hak suami yang beriman. Juga sebagai contoh bagi seorang ibu yang pengasih dan shalihah, seorang pendidik yang mulia dan pendakwah bagi anak-anaknya. Semoga dengan mengkaji kisah Ummu Sulaim ini, mampu menambah keimanan kita kepada Allah serta mampu menjadikannya sebagai tauladan muslimah di zaman millenial ini. Ummu Sulaim, ibunda Anas ibn Malik, istri Abi Thalhah. Seorang shahabiyah yang langkahnya didengar oleh Rasulullah di Surga. Semoga Allah merahmatinya.
Diterjemahkan dari Kitab a’laam al-shahabiyaat cetakan daar al-da’wah Mesir dan sedikit
tambahahan dari www.alukah.com.
.
___________________________________________________________
Yuk bantu jadi orang tua asuh untuk mahasiswa Indonesia yang sedang belajar untuk kebangkitan Islam dalam Program Kaderisasi Ulama di Mesir, Sudan dan negara Islam lainnya.
Info :📱0852 1861 6689 (Bpk. Rizal)
Atau bisa kunjungi kami di
Sahabatyamima.id
IG : @sahabatyamima
FanPage : Sahabat Yamima
Youtube : Sahabat Yamima Channel